Kelemahlembutan adalah akhlak mulia. Ia berada
diantara dua akhlak yang rendah dan jelek, yaitu kemarahan dan kebodohan. Bila
seorang hamba menghadapi masalah hidupnya degan kemarahan dan emosional, akan
tertutuplah akal dan pikirannya yang akhirnya menimbulkan perkara-perkara yang
tidak diridhoi Allah ta’ala dan rasul-Nya. Dan jika hamba tersebut
menyelesaikan masalahnya dengan kebodohan dirinya, niscaya ia akan dihinakan
manusia. Namun jika dihadapi dengan ilmu dan kelemahlembutan, ia akan mulia di
sisi Allah ta’ala dan makhluk-makhluknya. Orang yang memiliki akhlak lemah
lembut, insya Allah akan dapat menyelesaikan problema hidupnya tanpa harus
merugikan orang lain dan dirinya sendiri.
Melatih diri untuk dapat memiliki akhlak mulia ini dapat dimulai dengan menahan
diri ketika marah dan mempertimbangkan baik buruknya suatu perkara sebelum
bertindak. Karena setiap manusia tidk pernah terpisahkan dari problema hidup,
jika ia tidak membekali dirinya dengan akhlak ini, niscaya ia gagal untuk
menyelesaikan problemanya.
Demikian agungnya akhlak ini sehingga rasullah memuji sahabatnya Asyaj Abdul
Qais dengan sabdanya :
“Sesungguhnya pada dirimu ada dua perangai yang dicintai Allah yakni sifat
lemah lembut (sabar) dan ketenangan (tidak tergesa-gesa)”. (HR. Muslim)