Fariz Salman Alfarisi: 06/18/12

Laman

18/06/12

Dimana Allah??? (Bantahan terhadap pemahaman yg mengatakan Allah dimana-mana atau Allah ADA NAMUN TAK BERTEMPAT & TAK BERARAH)

Pada kesempatan kali ini, kami angkat sebuah topik permasalahan yang klasik dan kontemporer, yaitu mengenal “Dimana Allah?”, Karena di sana banyak kita dapati di antara masyarakat yang menyimpang dalam aqidah (keyakinan) yang agung, prinsip Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam-, dan para shahabat -Ridhwanullah ‘alaihim ‘ajmain-, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Kita mendapati di antara kaum muslimin di zaman ini, bermacam-macam keyakinannya atas pertanyaan “Dimana Allah?”. Di antaranya ada yang berkeyakinan bahwa:

1. Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berada di hati,
2. bahwa Allah itu berada dimana-mana,
3. bahwa Allah itu lebih dekat dari urat leher,
4. bahwa Allah -Subhanahu wa Ta’ala- bersatu dengan hamba-Nya,
5. Lebih parah lagi, ada juga yang berkeyakinan bahwa, Allah itu tidak di kanan, tidak di kiri, tidak diatas, tidak di bawah, tidak di depan, dan tidak pula di belakang.

Sungguh ini adalah pernyataan yang sangat lucu. Lantas dimana Allah?! Padahal kalau kita mau mengikuti fitrah kita yang suci, sebagaimana fitrahnya anak yang masih kecil, pemikiran mereka yang masih polos, seperti putihnya kertas yang belum ternodai dengan tinta. Kita akan dapati jawaban dari lisan-lisan kecil mereka, jikalau mereka ditanya, “Dimana Allah?” Mereka akan menjawab, “Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berada di atas langit.”

Allåh Berada diatas langit dan Bersemayam diatas ‘Arsy:
Hadits yang diriwayatkan oleh Mu’awiyah bin Al-Hakam As-Salami menceritakan ketika beliau hendak membebaskan (Jariah) hamba perempuannya, maka beliau bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. kemudian beliau (Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam) menyuruh agar hamba tersebut dipanggil lalu beliau bersabda:

IMAM ABU HANIFAH BUKAN MUJASSIMAH

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مّسْلِمُونَ
يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْراً وَنِسَآءً وَاتَّقُوْا اللَّهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْباً
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماًً
أما بعد: فإن أصدق الكلام كلام الله وخير الهدي هدي محمد  وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار

Pendahuluan

Sebagian manusia mengira bahwasanya keempat Imam Madzhab memiliki aqidah yang berbeda satu sama lain, hal ini adalah sebuah kekeliruan serius dan kesalahan fatal. Aqidah mereka adalah satu – berada diatas aqidah yang haq – aqidah ahlussunnah wal jama’ah salafus shalih. Tulisan dibawah ini akan mengungkapkan aqidah mereka dalam bab asma wa shifat – dimana sumber dari ucapan mereka diambil dari kitab – kitab yang ditulis oleh mereka sendiri atau ditulis oleh orang yang sejaman dengan mereka baik dari kalangan shahabatnya atau muridnya maupun yang ditulis oleh para ulama yang hidup tidak jauh dari masa mereka hidup.

Hal ini perlu saya sampaikan dikarenakan tidak sedikit kedustaan dinisbatkan oleh manusia kepada para imam ini – dimana kedustaan tersebut dibawakan didalam tulisan – tulisan yang bukan tulisan mereka, juga bukan tulisan murid – murid maupun shahabat mereka, juga bukan tulisan orang yang hidup dekat masanya dengan mereka, sehingga dari segi keotentikan patut dipertanyakan.

Berikut ini dimulai dari yang paling awal secara tahun – yaitu Imam Kaum Muslimin Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit rahimahullah dan pada kesempatan yang selanjutnya akan ditulis aqidah Al Imam Malik kemudian Al Imam Asy Syafi’i dan Al Imam Ahmad rahimahumullah ajmain. Adapun Al Imam Abu Hanifah, tidak perlu kita jelaskan biografinya dikarenakan beliau sudah masyhur dan diterima oleh kaum muslimin didalam hati – hati mereka.

Aqidah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit rahimahullah :

Hadits-Hadits Lemah dan Palsu


Hadits, Atsar dan Kisah Dha’if dan Palsu Seputar Tawassul (1): 

Oleh: Admin

Hadits Pertama
“Bertawassullah kalian dengan kedudukanku, sesungguhnya kedudukanku di sisi Allah sangat besar.” Atau: “Apabila kalian meminta kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya dengan kedudukanku, sesungguhnya kedudukanku di sisi Allah sangat besar.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Hadits ini dusta dan tidak terdapat dalam kitab-kitab kaum muslimin yang dijadikan pegangan oleh ahlul hadits, dan tidak satu pun ulama menyebutkan hadits tersebut, padahal kedudukan beliau di sisi Allah ta’ala lebih besar dari kemuliaan seluruh nabi dan rasul.” (Qo’idah Jalilah fit Tawassul wal Wasilah hal 168. Dan lihat Iqtidlo’ Shiratil Mustaqim (2/783)).
Al’ Allamah Al Muhaddits Al Albani berkata, “Hadits ini batil, tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits. Hadits ini hanya diriwayatkan oleh sebagian orang yang bodoh terhadap As Sunnah.” (At Tawassul Anwa’uhu wa Ahkamuhu hal 127).
Hadits Kedua
“Apabila kamu terbelit suatu urusan, maka hendaknya (engkau meminta bantuan dengan berdo’a) kepada ahli kubur” Atau “Minta tolonglah dengan (perantaraan) ahli kubur.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Hadits ini adalah dusta dan diada-adakan atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasar kesepakatan ahli hadits. Hadits ini tidak diriwayatkan oleh seorang pun dari para ulama dan tidak ditemukan sama sekali dalam kitab-kitab hadits yang terpercaya.” (Majmu’ Fatawaa (11/293)).
Ketika Imam Ibnul Qoyyim menyebutkan beberapa faktor penyebab para penyembah kubur terjerumus ke dalam kesyirikan, beliau berkata, “Dan di antaranya adalah hadits-hadits dusta dan bertentangan (dengan ajaran Islam), yang dipalsukan atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam oleh para penyembah berhala dan pengagung kubur yang bertentangan dengan agama dan ajaran Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti hadits:
“Apabila kamu terbelit suatu urusan, maka hendaknya (engkau meminta bantuan) kepada ahli kubur.”
Dan hadits,
“áæ ÃÍÓä ÃÍÏßã Ùäå ÈÍÌÑ äÝÚå”
“Seandainya kalian berharap dan optimis walaupun terhadap sebuah batu, maka pasti batu itu akan mampu mendatangkan manfaat kepada kalian.” (Ighatsatul Lahfaan (1/243)).
Hadits Ketiga

Hadits-Hadits Dla’if yang Terdapat dalam Kitab At-Tauhid (karya Syaikhul-Islam Muhammad bin ‘Abdil-Wahhab)

Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil-Wahhab rahimahullah adalah salah satu ‘ulama besar yang pernah dilahirkan di jamannya. Dikatakan, beliau adalah seorang mujaddid yang mengikuti pendahulunya – yaitu Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah – dalam menegakkan kembali dakwah tauhid dan sunnah serta memerangi kesyirikan dan bid’ah, khususnya di daerah Hijaz dan sekitarnya. Beliau rahimahullah adalah seorang ulama yang mempunyai pengetahuan yang luas. Banyak sudah karya tulis yang dilahirkan melalui pena yang beliau genggam. Salah satu karya monumentalnya adalah Kitaabut-Tauhiid Alladzii Huwa Haqqullaahi ‘alal-‘Abiid. Dalam buku tersebut, beliau menjelaskan point-point ringkas dan padat tentang tauhid dan keutamaannya, serta hal-hal yang merusaknya dari perkara-perkara kesyirikan. Tidak ada seorang pun yang membacanya dengan hati terbuka, kecuali ia akan mendapatkan faedah yang sangat banyak dari kebenaran yang beliau sampaikan. Tidak lain, karena dalam buku tersebut dipenuhi dengan perkataan : qaalallaah wa qaalar-rasuul (Al-Qur’an dan As-Sunnah). Namun, sebagaimana buku-buku yang lain, buku ini pun tidak lepas dari ‘kritikan’. Dalam buku tersebut masih termuat beberapa hadits dla’if – walau jumlahnya tidak banyak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mencoba mengumpulkan hadits-hadits tersebut berdasarkan penghukuman atau takhrij dan tahqiq para ‘ulama ahli hadits yang tersebar dalam beberapa kitab.. Harapan saya, apa yang saya tulis ini (semoga) dapat bermanfaat bagi para Pembaca; menambah faedah bagi mereka yang akan, sedang atau telah mempelajari Kitaabut-Tauhiid.
BAB 2 : KEISTIMEWAAN TAUHID DAN DOSA-DOSA YANG DIAMPUNI KARENANYA – فضل التوحيد وما يكفر من الذنوب
Muallif (Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil-Wahhab) berkata :
وعن أبي سعيد الخدري عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “قال موسى: يا رب علمني شيئا أذكرك وأدعوك به. قال: قل يا موسى: لا إله إلا الله ; قال: يا رب كل عبادك يقولون هذا. قال: يا موسى لو أن السموات السبع وعامرهن غيري والأرضين السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفة، مالت بهن لا إله إلا الله”. رواه ابن حبان والحاكم وصححه
Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, dari Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda : “Musa berkata : “Ya Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk berdzikir dan berdoa kepada-Mu”. Allah berfirman : “Katakanlah wahai Musa : Laa ilaaha illallaah”. Musa berkata : Ya Tuhanku, semua hamba-Mu mengucapkan ini”. Allah pun berfirman : ”Hai Musa, seandainya ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi diletakkan pada salah satu daun timbangan, sedang ’Laa ilaaha illallaah’ diletakkan pada daun timbangan yang lain; maka ’Laa ilaaha illallaah’ niscaya lebih berat timbangannya”.
Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan Al-Haakim, dan ia menshahihkannya.

SHALAWAT – SHALAWAT BID’AH



SHALAWAT – SHALAWAT BID’AH (1)
1. Shalawat Nariyah
Shalawat jenis ini banyak tersebar dan diamalkan di kalangan kaum muslimin. Dengan suatu keyakinan, siapa yang membacanya 4444 kali, hajatnya akan terpenuhi atau akan dihilangkan kesulitan yang dialaminya. Berikut nash shalawatnya:
اللهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَمًا تآمًا عَلَى سَيِّدِنَا مًحَمَّدٍ الَّذِي تُنْحَلُ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ وَ تُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِيْمِ وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَ صَحْبِهِ عَدَدَ كَلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ
Ya Allah , berikanlah shalawat dan salam yang sempurna kepada Baginda kami Nabi Muhammad, yang DENGANNYA TERLEPAS SEMUA IKATAN KESUSAHAN DAN DIBEBASKAN SEMUA KESULITAN. Dan DENGANNYA PULA TERPENUHI SEMUA KEBUTUHAN, DIRAIH SEGALA KEINGINAN DAN KEMATIAN YANG BAIK, dan DENGAN WAJAHNYA YANG MULIA TERCURAHKAN SIRAMAN KEBAHAGIAAN KEPADA ORANG YANG BERSEDIH. Semoga shalawat ini pun tercurahkan kepada keluarganya dan para sahabatnya sejumlah seluruh ilmu yang Engkau miliki.”
Para pembaca, bila kita merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah, maka kandungan shalawat tersebut sangat bertentangan dengan keduanya. Bukankah hanya Allah semata yang mempunyai kemampuan untuk melepaskan semua ikatan kesusahan dan kesulitan, yang mampu memenuhi segala kebutuhan dan memberikan siraman kebahagiaan kepada orang yang bersedih?!
Allah Ta’ala berfirman :
قُلْ لاَ أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلاَ ضَرًّا إِلاَّ مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاَسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلاَّ نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Katakanlah (wahai Muhammad): AKU TIDAK KUASA MENARIK KEMANFAATAN BAGI DIRIKU DAN TIDAK PULA MAMPU MENOLAK KEMUDHARATAN KECUALI YANG DIKEHENDAKI ALLAH. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentunya aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan tertimpa kemudharatan. AKU TIDAK LAIN HANYALAH PEMBERI PERINGATAN DAN PEMBAWA KHABAR GEMBIRA bagi orang-orang yang beriman.” (Al A’raf: 188)

PENIPUAN TERHADAP UMAT ISLAM INDONESIA



Penipuan besar-besaran telah dilakukan oleh Nur Hasan Ubaidah (pendiri sekte Isalam Jama’ah) kepada umat Islam di Indonesia. Nur Hasan Ubaidah tiba-tiba datang di Indonesia dengan mengaku-ngaku membawa sanad mangkul hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas menyatakan bahwa orang yang Islamnya tidak bersanad (tidak mangkul) maka islamnya diragukan.
Ternyata… Nur Hasan Ubaidah ini mengaku-ngaku telah mengambil sanad dari kota Mekah negerinya kaum Wahabi. Jadi rupanya Nur Hasan Ubaidah ini mengambil sanad dari kaum wahabi !!???. Akan tetapi anehnya tidak seorangpun ulama di Kerajaan Arab Saudi yang berpemikiran ngawur seperti Nur Hasan Ubaidah ini.
Hingga sekarang Islam Jama’ah masih berusaha mengirim murid-muridnya ke Ma’had al-Harom di Mekah untuk berusaha menyambung sanad (karena konon isnad yang dibawa oleh Nur Hasan Ubaidah telah hilang atau kurang lengkap). Lagi-lagi Islam Jama’ah menguber-nguber sanad dari kaum Wahabi.
Berkembanglah pemikiran sesat sekte Islam Jama’ah ini di tanah air yang dibangun di atas kedustaaan besar-besaran dan penipuan besar-besaran terhadap kaum muslimin di Indonesia, bahwasanya siapa saja yang Islamnya tidak bersanad maka diragukan keabsahannya.
Anehnya… yang mau menerima doktrin Nur Hasan Ubaidah ini hanyalah sebagian masyarakat muslim Indonesia. Kalau seandainya doktrin dan propaganda Nur Hasan Ubaidah ini dilontarkan di Negara-negara Arab maka tentunya Nur Hasan Ubaidah ini akan dianggap sebagai badut pemain sirkus yang pintar melawak !!!!

MIRIP TAPI TAK SAMA !!

Habib Munzir Al-Musaawa…. dengan mudahnya mencela para ulama wahabi (seperti syaikh Bin Baaz, Ibnu Al-’Utsaimiin, dan Syaikh Al-Albani) dengan berhujjah : ULAMA WAHABI TIDAK BERSANAD !!!!
Sehingga murid-murid sang habib dan para pengagumnya menyerukan sebagaimana seruan sang Habib…: “Para ulama wahabi tidak bersanad !!!”, sehingga ilmu mereka diragukan…!!!, ilmu hadits mereka dangkal..!!!, Fatwa mereka batil dan tertolak…!!!
Dan tuduhan-tuduhan dan olok-olokan yang lainnya yang keluar dari mulut sang Habib beserta para pengagumnya.
Kalau dipikir-pikir pemikiran Habib Munzir agak mirip dengan doktrin Nur Hasan ‘Ubaidah pendiri sekte Islam Jama’ah, akan tetapi setelah direnungkan ternyata tidak sama.
Berikut saya sebutkan dua kesimpulan dari perkataan-perkataan Sang Habib tentang ulama yang tidak bersanad.
PERTAMA : Habib Munzir menuduh ulama wahabi tidak punya sanad. Bahkan dengan berani Habib Munzir menantang dan berkata :