Pada asalnya, kejujuran itu sangat terpuji dalam syari’at. Allah ta’ala telah menjelaskan bahwa kejujuran itu merupakan sifat orang yang beriman.
إِنّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الّذِينَ آمَنُواْ بِاللّهِ وَرَسُولِهِ ثُمّ لَمْ
يَرْتَابُواْ وَجَاهَدُواْ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ
اللّهِ أُوْلَـَئِكَ هُمُ الصّادِقُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu; dan mereka berjihad
dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang
yang benar” [QS. Al-Hujuraat : 15].
Tidaklah kejujuran itu akan membawa pelakunya kecuali kepada surga. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Tidaklah kejujuran itu akan membawa pelakunya kecuali kepada surga. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
عليكم
بالصدق فإن الصدق يهدى إلى البر وإن البر يهدى إلى الجنة وما يزال الرجل
يصدق ويتحرى الصدق حتى يكتب عند الله صديقا وإياكم والكذب فإن الكذب يهدى
إلى الفجور وإن الفجور يهدى إلى النار وما يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب
حتى يكتب عند الله كذابا
“Berpegangteguhlah
pada kejujuran karena kejujuran membawa kebaikan dan kebaikan itu
membawa kepada surga. Dan sesungguhnya seseorang senantiasa berbuat
jujur dan memilih kejujuran hingga ia dicatat di sisi Allah sebagai
orang yang jujur. Dan hati-hatilah kamu terhadap kedustaan karena
kedustaan membawa kejahatan dan kejahatan itu membawa kepada neraka. Dan
sesungguhnya seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan hingga
dicatat di sisi Allah sebagai seorang pendusta“ [HR. Bukhari no. 6094 dan Muslim no. 2607].
Akan tetapi, ada beberapa hal yang dikecualikan dimana orang yang jujur malah tidak mendapat sanjungan sebagaimana di atas. Apakah itu ? Berikut penjelasannya……
Akan tetapi, ada beberapa hal yang dikecualikan dimana orang yang jujur malah tidak mendapat sanjungan sebagaimana di atas. Apakah itu ? Berikut penjelasannya……