Fariz Salman Alfarisi: 07/08/12

Laman

08/07/12

TATKALA MANUSIA DIPANGGIL BERSAMA IMAMNYA

 (Tafsir Surat Al Isra’: 71-72)

Oleh
Ustadz Ashim Bin Musthafa
يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ ۖ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَٰئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا وَمَن كَانَ فِي هَٰذِهِ أَعْمَىٰ فَهُوَ فِي الْآخِرَةِ أَعْمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلًا
“(Ingatlah) suatu hari (yang pada hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya, maka mereka ini akan membaca kitabnya itu dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” [al-Isrâ`/17:71-72]
PENJELASAN AYAT
يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya

Pada hari Kiamat manusia akan dihadapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah al-Hakîm akan meminta pertanggungjawaban dari setiap mukallaf berkaitan dengan apa yang telah dikerjakan di dunia. Mereka dipanggil bersama dengan imam mereka pada hari penghisaban amal para hamba.
Syaikh ‘Abdur-Rahmân as-Sa’di rahimahullah menjelaskan, berdasarkan ayat di atas setiap umat akan dipanggil bersama dengan imam dan pemberi petunjuk mereka, yaitu para rasul dan penerus-penerusnya. Kemudian setiap umat maju dengan dihadiri oleh rasul yang pernah menyerunya. Amalan mereka kemudian dicocokkan dengan kitab yang pernah diserukan oleh rasul, apakah sesuai atau (justru) bertentangan?[1]
Penafsiran di atas merujuk ke sejumlah keterangan dari beberapa ulama tafsir dari kalangan generasi salaful-ummah telah dikutip para penulis kitab-kitab tafsir. Imam ath-Thabari rahimahullah meriwayatkan dengan sanadnya yang shahih dari Mujâhid rahimahullah, bahwa makna “imam” ialah nabi mereka [2]. Dengan redaksi lain Qatadah rahimahullah mengartikannya dengan para nabi mereka. Sehingga pengertiannya, para umat akan datang menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala bersama para nabi mereka.
Pendapat ini –seperti yang dipaparkan oleh asy-Syinqîthi rahimahullah [3] – sesuai dengan oleh firman Allah Ta’ala:
“Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)” [an-Nisâ`/4:41].

Konsep Ta'wil Dalam Islam


Apa yang dimaksud dengan buta dalam ayat 72 Surat Al Isra

Yang dimaksud dengan buta di hari akhirat dalam ayat, “Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).” (Qs. Al-Isra [17]:72)  dan ayat-ayat semisalnya, “Dan barang siapa berpaling dari mengingat-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.  Ia berkata, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulu adalah seorang yang melihat?” (Qs. Thaha [20]: 123-124) bukanlah kebutaan fisik seperti yang terjadi di dunia. Yang dimaksud buta di sini adalah  orang-orang yang memang sengaja menjadikan dirinya buta sekalipun mereka  menyaksikan tanda-tanda Allah dan kebenaran Nabi  dan Ahlubaitnya, lalu menerima kebenarannya, toh dengan begitu ia juga tidak beriman kepadanya.
Hati mereka tidak bisa mengimaninya, seolah-olah  mata  mereka buta terhadap hakikat kebenaran.  Mereka juga sebetulnya sering terlibat dalam wacana-wacana keagamaan namun,  tapi tidak ada bedanya dengan orang yang tidak melihatnya  dan tidak ada bedanya dengan orang-orang yang tidak mendengarnya, karena itu mereka tidak mau mengikrarkan keimanan dan itulah yang dimaksud buta versi al-Quran.
Di hari akhirat, balasan itu dalam bentuk tajassum amal (penjelmaan amal-amal). Kebutaan hati  akan menjadi siksaan atasnya di hari akhirat. Ia menjadi buta di padang mahsyar; ia tidak bisa melihat keindahan Tuhan, cahaya orang-orang yang beriman dan karunia-karunia firdaus.  Mereka juga tidak akan menemukan jalan yang akan mengantarkannya  pada surga.
Namun saat diseret ke neraka  mereka bisa melihat siksaan - untuk  menambah intensitas siksaan atas diri mereka.  Mereka bisa  melihat bermacam-macam siksan  seperti ketika mereka bisa melihat di dunia yang digunakan bukan untuk melihat kebenaran tapi malah berpaling pada kebatilan dan dunia dengan segala pesonanya.