A.
PENDAHULUAN.
1. Kesempurnaan Ajaran Islam dan Perintah
Mengikutinya.
Firman
Allah swt:
1.
اليوم
أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا . (المائدة 3 )
Pada hari Ini Telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu
.
2. أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : « ما
تركت شيئا مما أمركم به الله إلا وقد أمرتكم به ، وما تركت شيئا مما نهاكم الله
عنه إلا وقد نهيتكم عنه » شعب الإيمان للبيهقي - (ج
3 / ص 239(
Sesungguhnya Rasulullah saw.
bersabda: “ Tidaklah aku tinggalkan sesuatupun dari apa yang telah
diperintahkan Allah kepada kalian kecuali sungguh telah aku perintahkan pada
kalian dengannya, dan tidaklah aku tinggalkan sesuatupun dari apa yang dilarang
oleh Allah pada kalian kecuali sungguh telah aku larang kalian terhadapnya.” (
HR. Baihaqi)
2.
: { وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ
فَانْتَهُوا } (سورة الحشر الآية : 7)
Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu,
3.
{ لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا }
سورة الأحزاب الآية : 21
Sesungguhnya Telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.
4.
ياأيها
الرسول بلغ ما أنزل إليك من ربك فإن لم تفعل فما بلغت رسالته والله يعصمك
من الناس (ألمائدة:57)
Hai rasul, sampaikanlah apa yang
diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang
diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia
5.
وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ
وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ( التوبة)
الآية : 100)
Orang-orang yang
terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan
anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada
mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka
surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamny selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang
besar.
2. Larangan dan Bahaya Melakukan Bid’ah
Firman
Allah swt:
1.
شَرَعَ
لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ
وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ
وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ
اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ )الشورى/13،
(
Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang
agama apa yang Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami
wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.
amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya.
Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk
kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).
2.
{ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ
تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ } سورة النور
الآية : 63
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.
Sabda Nabi Muhammad saw:
3.
عليكم
بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين من بعدي تمسكوا بها وعضوا عليها بالنواجذ وإياكم
ومحدثات الأمور فإن كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة .(رواه أبو داود و غيره)
“Tetaplah kalian kepada sunahku dan sunah
khulafaurrasyidin yang diberi petunjuk setelahku dan berpegang teguhlah kalian kepadanya dan
gigitlah dengan gigi geraham kalian, serta berhati-hatilah kalian terhadap
bid’ah karena setiap yang diada-adakan itu bid’ah, sedangkan bid’ah itu sesat.” ( HR. Abu Daud dan selainnya)
4. وإن أصدق الحديث كتاب الله
وان احسن الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل
ضلالة في النار .(رواه النسائ و مسلم)
,Sesungguhnya
sebaik- baik perkataan adalah Kitab Allah (Al-Qur’an), dan
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, dan sejahat-jahat perbuatan
(dalam agama) ialah yang diada-adakan, dan setiap bid’ah
(yang diada-adakan) itu adalah sesat. Dan setiap kesesatan masuk neraka. (HR.
Nasa’i dan Muslim)
5. « إياكم والغلو في الدين فإنما أهلك من كان
قبلكم الغلو في الدين » رواه الإمام أحمد والنسائي وابن ماجه والحاكم عن ابن عباس .
“Jauhilah oleh kalian ghuluw (berlebih-lebihan)
dalam agama karena sesungguhnya yang
membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah ghuluw dalam agama.” (HR.
Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim dari Ibnu Abbas)
6. من
عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد. (رواه مسلم)
“Barangsiapa
mengerjakan perbuatan yang tidak ada perintah kami, maka ia tertolak.”
7. ( إن
الله احتجر التوبة عن كل صاحب بدعة حتى يدع بدعته ) . رواه الطبراني والضياء
المقدسي وغيرهما بسند صحيح وحسنه المنذري
“Sesungguhnya Allah swt menghalangi (tidak menerima) taubat orang
yang berbuat bid’ah sehingga ia meninggalkan bid’ahnya.” (HR. Thabrani dan
ad-Dziya’ al-Maqdasi dan lainnya dengan sanad shahih dan dihasankan oleh al-Mundziri)
8. عَنْ
حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي لَا أَدْرِي مَا
بَقَائِي فِيكُمْ فَاقْتَدُوا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي وَأَشَارَ إِلَى أَبِي
بَكْرٍ وَعُمَرَ ) سنن الترمذي –ج 12 / ص 122(
Dari Hudzaifah ra. berkata: adalah
kami duduk-duduk di samping Rasulullah saw. lalu ia bersabda: “sesungguhnya aku
tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada kalian setelah aku meninggal, maka
ikutilah oleh kalian pada orang-orang setelahku, beliau menunjuk pada Abu Bakar
dan Umar.” ( Sunan Tirmidzi)
B.
PENGERTIAN
BID’AH
.
1. Menurut Bahasa.
البِدْعة اسمٌ من
ابتدَع الأمرَ إذا ابتدأه وأحْدثه
) المغرب
في ترتيب المعرب - (ج 1 / ص 62)
Bid’ah
adalah bentuk isim (kata benda) berasal dari fi’il (kata kerja) ibtada’al
amra yang berarti ia telah memulai suatu perkara dan
mengadakannya/menciptakannya yang baru
البدعة: كل محدث جديد
على غير مثال سابق) معجم لغة الفقهاء -ج
1 / ص 104(
Bid’ah ialah sesuatu yang diadakan,
yang baru dengan tidak ada contoh yang mendahuluinya.
Dari
kata bid’ah, terbentuklah lafadz al-Badi’ sebagai salah satu
nama Allah swt yang berarti Pencipta sesuatu yang sebelumnya tidak ada.
Allah swt berfirman:
بَدِيعُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ
فَيَكُونُ ( البقرة:117)
Allah Pencipta (yang sebelumnya
tidak ada) langit dan bumi, dan bila dia berkehendak (untuk menciptakan)
sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!"
lalu jadilah ia.
Lafadz bid’ah juga digunakan oleh
Allah swt untuk menjelaskan keberadaan Nabi Muhammad saw bahwa beliau bukanlah
seorang bid’an (orang yang tidak didahului Rasul sebelumnya)
Allah swt berfirman:
قُلْ مَا كُنْتُ
بِدْعًا مِنَ الرُّسُلِ [الأحقاف/9]
Katakanlah: "Aku bukanlah Rasul
yang pertama ( tidak ada sebelumku) di
antara rasul-rasul
Bid’ah dalam pengertian bahasa
dibagi menjadi 2, bid’ah yang baik (hasanah) dan bid’ah yang buruk (sayyi’ah).
Jika ia sesuai dengan sunnah, maka itu
yang baik tetapi jika bertentangan dengan sunnah maka itulah bid’ah yang buruk.
Ibnu
Rajab berkata, “ Adapun yang terdapat dalam perkataan ulama’ salaf yang
menganggap baik sebagian bid’ah dimaksudkan bid’ah dalam pengertian bahasa,
bukan dalam pengertian istilah. Di antaranya perkataan Umar tatkala memerintahkan
kaum muslimin untuk melaksanakan shalat tarwih pada bulan Ramadlan di satu tempat dengan dipimpin seorang Imam,
maka beliau berkata:
Umar bin Khathab berkata:
[ نِعْمَت البِدْعة هذه ]
2. Menurut Istilah
a.
Menurut
Al-Jauhariy, bid’ah ialah:
الحدث
في الدين بعدالاكمال
“Sesuatu
yang baru dalam agama sesudah sempurna”.
b.
Menurut
Al-Fairuzabadiy, bid’ah ialah:
الحدث في الدين
بعدالاكمال اومااستحدث بعدالنبي ص.م. من الاهواء والاعمال
“Sesuatu yang baru dalam agama sesudah sempurna, atau
sesuatu yang baru diadakan sesudah Nabi saw, karena ingin memperturutkan hawa
nafsu atau memperbanyak amal”.
c. Abu Syamah berkata:
وقد
غلب لفظ البدعة على الحدث المكروه في الدين وهومالم يكن في عصرالنبي ص.م.ممافعله
اواقر عليه اوعلم من قواعدشريعته
“Lafadz bid’ah itu biasa digunakan untuk menyebut sesuatu
yang baru, yang dibenci di dalam agama; bid’ah ialah apa saja yang tidak ada
pada masa Nabi saw, baik berdasarkan pelacakan terhadap apa yang ia perbuat
atau yang ia tetapkan ataupun berdasarkan apa yang dapat diketahui dari
kaidah-kaidah agamanya”.
d.
Sebagian
Ulama Hadis mengatakan:
البدعة
هي الأمرالمحدث في الدين: عقيدة اوعبادة اوصفة للعبادة لم يكن عليهارسول الله ص.م.
“Bid’ah
ialah urusan yang diada-adakan dalam agama, baik berupa aqidah, ibadah ataupun
sifat ibadah yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah saw”.
e.
Sebagian
Ulama lagi mengatakan:
البدعة
هي الزيادة في الدين اونقصان منه الحادثان بعدالصحابة بغيراذن من الشارع
لاقولاولافعلاولاصريحاولااشارة ولايتناول العادات اصلا بل تقتصر على بعض
الاعتقادات وبعض صورالعبادات
“Bid’ah ialah tambahan dalam agama atau pengurangan dari
agama yang baru terjadi sesudah masa sahabat tanpa izin dari pembuat syari’at,
tidak dengan perkataan, perbuatan, terang-terangan dan tidak pula dengan
isyarat. Jadi ia tidak mencakup urusan-urusan adat sama sekali, tetapi terbatas
pada sebagian urusan I’tiqad dan rupa-rupa ibadah”.
Dari ta’rif-ta’rif
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bid’ah itu sesuatu yang baru dalam
agama, baik berupa i’tiqad maupun ibadah atau sesuatu yang menyerupai ibadah,
yang belum pernah ada atau belum pernah terjadi pada masa Nabi atau pada masa
sahabat. Atau tambahan atau pengurangan dalam agama yang terjadi sesudah masa
sahabat dengan tidak mendapat dukungan dari Allah atau Rasulullah, baik
dukungan perkataan ataupun perbuatan, baik dukungan pernyataan ataupun isyarat.
Bid’ah sama sekali tidak mencakup urusan adat. Ia hanya mencakup urusan i’tiqad
dan ibadat.
Dengan perkataan lain, bid’ah ialah:
الأمرالدينى
الذى لم يكن في عصرالنبي ص.م. ولافي عصرالصحابة
“Urusan agama yang pada masa Nabi dan pada masa sahabat
tidak ada”.
Atau:
الأمرالدينى
الذى لم يكن النبي صل الله عليه وسلم عليه واصحابه
“Urusan agama yang tidak diajarkan oleh Nabi saw dan para
sahabatnya”
Atau:
الأمرالدينى
الذى لم يدل عليه دليل شرعي سواء اكان من الكتاب اومن السنة اومما اجتهد
عليه الصحابة
“Urusan agama yang tidak ditunjukkan oleh dalil syara’,
baik dari Al-Kitab, dari As-Sunnah ataupun dari hasil ijtihad para sahabat”.
C. UNSUR-UNSUR
BID’AH
Suatu perkara dikatakan bid”ah jika
terhimpun di dalamnya 3 unsur, yakni:
1. Al-ihdats sesuatu yang baru
Yang
dimaksud dengan al-ihdats adalah mendatangkan, membuat-buat sesuatu yang
baru yang tidak ada contoh sebelumnya.
Rasulullah
saw bersabda.
فإن كل محدثة بدعة
وكل بدعة ضلالة .(رواه أبو داود و غيره)
2. Sesuatu yang baru itu disandarkan
pada ad-din (agama)
Rasulullah
saw:
من
أحدث في أمرنا هذا ما ليس فيه فهو رد ) صحيح البخاري - (ج 2
/ ص 959(
"Barangsiapa
mengada-adakan suatu perkara dalam urusan
(agama) kami ini yang sebelumnya belum
pernah ada, maka ia tertolak.”
Yang dimaksud dengan amruna (urusan kami) dalam
Hadist di atas adalah amru ad-din (urusan agama) dan syari’atnya, sesuai
dengan tugas diutusnya Rasulullah saw. Jadi, suatu perkara dikatakan bid’ah
jika sesuatu yang baru tersebut
disandarkan kepada syari’at dan dihubungkan dengan ad-din (agama) dalam
salah satu sisinya. Makna tersebut bisa tercapai bila mengandung salah satu
dari tiga unsur berikut ini. Pertama, perkara tersebut dilakukan dalam
rangka ta’abbudi (beribadah) dan taqarrub (mendekatkan diri)
kepada Allah dengan sesuatu yang tidak disyariatkan. Kedua, perkara
tersebut keluar/ menentang (aturan) agama. Ketiga, perkara tersebut juga
mencakup segala hal yang dapat
menggiring kepada terciptanya bid’ah baru.
Maka, hal-hal yang baru dalam
masalah-masalah materi dan perkara-perkara dunia yang tidak menjadi tugas terutusnya Rasulullah
saw, tidak termasuk bid’ah.
Dalam
hal ini beliau mengatakan:
أنتم
أعلم بأمور دنياكم)
جامع الأحاديث - (ج 41 / ص 494(
“Kamu
sekalian lebih mengetahui tentang urusan dunia kalian.”
Begitu juga perbuatan-perbuatan maksiyat dan
kemungkaran-kemungkaran yang baru, yang belum pernah terjadi pada masa dahulu,
bukan dikatakan bid’ah, kecuali jika ia dilakukan dengan tujuan atau cara yang
menyerupai taqarrub kepada Allah swt atau ketika melakukannya bisa
menyebabkan adanya anggapan bahwa hal itu termasuk bagian agama.
3. Hal yang baru tersebut tidak
berlandaskan syari’at, baik secara khusus maupun umum.
Rasulullah
saw bersabda:
من عمل عملا ليس عليه
أمرنا فهو رد. (رواه مسلم)
"Barangsiapa mengerjakan perbuatan
yang tidak kami perintahkan (dalam agama), maka ia tertolak”
Dengan batasan ini maka tidak termasuk dalam pengertian
bid’ah hal-hal baru yang berhubungan dengan agama yang mempunyai landasan
syar’i yang umum ataupun yang khusus.
Landasan syar’i yang umum adalah hal-hal yang ditetapkan melalui al-mashalih
al-mursalah, seperti pengumpulan al-Qur’an oleh para sahabat. Adapun contoh
yang khusus adalah pelaksanaan shalat tarawih secara berjamaah pada zaman Umar
bin Khatab
D.
DASAR-DASAR
PENETAPAN BID’AH
Ada tiga dasar pokok untuk menetapkan
semua macam bid’ah.
1. Taqarrub (mendekatkan diri) kepada
Allah dengan sesuatu yang tidak disyariatkan.
Hal ini
meliputi beberapa kaidah sebagai berikut:
1.
كل عبادة تستند الى حديث مكذوب على رسول لله صعلم فهي بدعة
Setiap ibadah yang berlandaskan hadits maudhu’(palsu)
yang disandarkan kepada Rasulullah adalah bid’ah.
2.
كل عبادة تستند الى
الرأي المجرد والهوى فهي بدعة كقول بعض العلماء أو العباد أو عادات بعض البلاد أو
الحكايات والمنامات
Setiap ibadah yang berlandaskan pada pendapat semata dan
hawa nafsu, maka itu bid’ah, seperti pendapat sebagian ulama atau ‘ubbad
(ahli ibadah) atau kebiasaan sebagian daerah atau sebagian hikayat dan manamat
(apa yang didapatkan di dalam tidur).
3. اذا
ترك الرسول صعلم فعل عبادة من العبادات مع كون موجبها وسببها المقتضى لها قائما
ثابتا والمنع منها منتفيا فان فعلها بدعة
Jika Rasulullah meninggalkan suatu ibadah, padahal faktor
dan sebab yang menuntut adanya pelaksanaan itu ada dan faktor penghalangnya
tidak ada, maka melaksanakan ibadah itu adalah bid’ah. Seperti mengumandangkan
adzan untuk shalat Tarwih.
4. كل
عبادات ترك فعلها السلف الصالح من
الصحابة فان فعلها
فهي بدعة
Semua ibadah yang tidak dilakukan oleh As-Salaf
Ash-Shalih dari kalangan sahabat, maka melakukan perbuatan tersebut adalah
bid’ah.
5. كل
عبادة مخالفة لقواعد الشريعة ومقاصدها فهي
بدعة
Semua ibadah yang bertentangan dengan kaidah-kaidah dan
tujuan-tujuan syari’at adalah bid’ah.
6. كل
تقرب الى الله بفعل شيئ من العادات أو المعاملات من وجه لم يعتبره الشارع فهو بدعة
Semua taqarrub kepada Allah dengan adat kebiasaan
atau muamalah dari sisi yang tidak dianggap (tidak diakui) oleh syari’at adalah
bid’ah
7. كل
تقرب الى الله بفعل ما نهى عنه سبحانه فهو بدعة
Setiap taqarrub kepada Allah dengan cara melakukan
sesuatu yang dilarang oleh Allah adalah bid’ah.
8. كل
عبادة وردت فى الشرع على صفة مقيدة فتغييرهذه الصفة بدعة
Setiap ibadah yang dibatasi dalam syari’at, maka merubah
tata cara (batasan) ini adalah bid’ah.
9. كل
عبادة مطلقة ثبتت في الشرع بدليل عام فإن تقييد إطلاق هذه العبادة بزمان ومكان أو
نحوهما بحيث يوهن هذا التقييد أنه مقصود شرعا من غير أن يدل الدليل العام علي هذا
التقييد فهو بدعة
Setiap ibadah muthlaq yang tetap dalam syari’at dengan
dalil umum, maka membatasi kemuthlaqan ibadah ini dengan waktu atau tempat
tertentu sehingga menimbulkan anggapan bahwa pembatasan inilah yang dimaksud
dalam syari’at tanpa ada dalil umum yang menunjukkan pembatasan ini, maka
termasuk bid’ah.
10.
الغلو في العبادة بالزيادة
فيها علي القدر المشروع والتشدد والتنطع في الإتيان بها بدعة
Ghuluww
(berlebih-lebihan) dalam ibadah dengan menambah di atas batasan yang telah
ditentukan atau tasyaddud (mempersulit diri) serta tanaththu’
(memberatkan diri) dalam pelaksanaan ibadah tersebut adalah bid’ah.
2. Keluar menentang aturan agama.
Hal
ini meliputi beberapa kaidah berikut ini:
1. كل ما كان من الإعتقادات والاراء و
العلوم معارضا لنصوص الكتاب والسنة أو مخالفا لإجماع سلف الامة فهو بدعة
Setiap keyakinan, pendapat atau ilmu yang menentang nusush
(Al-Kitab dan As-Sunnah) atau berlawanan dengan ijma’ salaful ummah maka
itu semua adalah bid’ah.
2. مالم يرد فى الكتاب والسنة ولم يؤثر عن
الصحابة رضي الله عنهم من
الاعتقاد فهو بدعة
Keyakinan yang tidak ada dalam Al-Kitab dan As-Sunnah
serta tidak didapatkan dari sahabat adalah bid’ah.
3. الزام الناس بفعل شيئ من العادات
والمعاملات وجعل ذلك كالشرع الذى لايخالف والدين لايعارض بدعة
Mewajibkan manusia untuk melakukan suatu adat dan
muamalat serta menjadikan hal itu seperti syari’at yang tidak boleh ditentang
dan agama yang tidak boleh dibantah adalah bid’ah.
- الخروج علي الاوضاع الدينية الثابتة وتغييرالحدود الشرعية المقدرة بدعة
Keluar menentang
aturan-aturan agama, dan merubah sanksi-sanksi syar’i yang sudah ditentukan
batasannya adalah bid’ah.
5.
مشابهة الكافرين
فيماكان من خصائصهم من عبادة أوعادة أو كليهما بدعة
Menyerupai orang-orang kafir dalam hal yang khusus bagi
mereka, baik berupa ibadah, adat, atau keduanya adalah bid’ah.
6.
الإتيان
بشيئ من أعمال الجاهلية التي لم تشرع في الإسلام بدعة
Melakukan sesuatu dari amalan-amalan jahiliyyah yang
tidak disyari’atkan di dalam Islam adalah bid’ah.
3. Peluang-peluang yang menggiring ke arah
bid’ah
Hal
ini meliputi beberapa kaidah-kaidah berikut ini:
1
. إذا فعل ماهو مطلوب شرعا علي وجه يوهم خلاف
ماهو عليه في الحقيقة فهو بدعة
Bila mengerjakan sesuatu yang
dituntut secara syari’at, tetapi dengan cara yang dapat menimbulkan anggapan
yang berbeda dengan keadaan sebenarnya maka hal itu termasuk bid’ah.
3.
إذا فعل ماهو جائز شرعا علي وجه يعتقد فيه أنه مطلوب شرعا فهو ملحق بالبدعة
Bila suatu pekerjaan menurut syariat hukumnya jaiz
(mubah), tetapi ia diyakini hukumnya sunnah atau wajib menurut syariat, maka ia
termasuk bid’ah.
4. إذا
عمل بالمعصية العلماءالذين يقتدي بهم علي وجه الخصوص وظهرت من جهتهم حتي أن المنكر
عليهم لايلتفت إليه,بحيث يعتقد العامة أن
هذه المعصية من الدين فهذا ملحق بالبدعة
Bila perbuatan maksiat dilakukan oleh ulama yang menjadi
panutan dengan cara khusus, yang pada akhirnya orang-orang awam meyakini bahwa
perbuatan maksiat ini termasuk bagian agama, maka hal seperti itu dikelompokkan
dalam bid’ah.
5.
إذا عمل بالمعصية
العوام وشاعت فيهم وظهرت ,ولم ينكرها العلماء الذين يقتدي بهم وهم قادرون علي
الإنكار,بحيث يعتقد أن هذه المعصية مما لابأس به فهذا ملحق بالبدعة
Bila perbuatan maksiat dilakukan oleh orang-orang awam
sehingga mewabah dan tersebar di antara mereka sedangkan para ulama yang
menjadi panutan tidak mengingkarinya, sehingga hal itu menimbulkan keyakinan
orang awam bahwa perbuatan maksiat ini tidak apa-apa maka ini digolongkan
bid’ah.
6.
كلما يترتب علي فعل
البدع المحدثة في الدين من الإتيان ببعض الأمورالتعبدية أو العادية فهوملحق
بالبدعة, لأن ما أنبني علي المحدث محدث
Segala sesuatu yang terjadi dan timbul akibat pelaksanaan
bid’ah muhdatsah di dalam agama, seperti melakukan beberapa hal yang
sifatnya ibadah atau adat istiadat, maka itu semua dikelompokkan juga dalam
bid’ah, sebab sesuatu yang dibangun di atas muhdats adalah muhdats
juga.
7. MACAM-MACAM BID’AH
a.
Ditinjau
dari segi bahaya bagi pelakunya, bid’ah terbagi menjadi 2 macam yaitu: bid’ah Mukaffirah
dan bid’ah Mufassiqah
Bid’ah Mukaffirah ialah bid’ah yang dapat
menyebabkan pelakunya terjerumus ke dalam kekufuran sehingga ia menjadi kafir
karenanya, seperti:
1)
Melakukan
thawaf di sekeliling kubur dengan tujuan mendekatkan diri kepada penghuninya.
2)
Bernadzar,
berdo’a dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang diyakini memiliki
kekuatan-kekutan ghaib, seperti Nyi Roro Kidul, Dewi Sri, dan lain-lain.
3)
Memiliki
keyakinan-keyakinan yang menyimpang, seperti keyakianan adanya nabi setelah
Nabi Muhammad saw, keyakinan relativitas kebenaran al-Qur’an, dan lain-lain.
4)
Meyakini
bahwa Islam bukanlah satu-satunya agama yang benar, tetapi agama selain Islam
pun benar adanya (paham pluralism agama).
Sedangkan bid’ah Mufassiqah ialah bid’ah yang
dapat menyebabkan pelakunya terjerumus ke dalam kefasikan, sehingga ia terkena
dosa, namun tetap dalam keislaman, seperti:
1)
Membangun
rumah-rumah di kuburan untuk tempat berdo’a kepada Allah.
2)
Membuat
tata-cara tertentu dalam beribadah seperti tahlilan, yasinan, shalawatan,
manaqiban, dan lain-lain
3)
Hidup
membujang dengan tujuan agar lebih dekat kepada Allah swt.
4)
Berdo’a
bersama
b.
Ditinjau
dari segi keterkaitannya dengan syari’ah, bid’ah terbagi 2 macam yaitu: Bid’ah Haqiqiyah
dan Bid’ah Idhofiyah.
Bid’ah Haqiqiyah ialah bid’ah yang sama sekali tidak terkait dengan ibadah
tertentu yang dituntunkan oleh Rasulullah saw. seperti:
1)
Puasa sambil berdiri
di bawah sinar matahari atau tidak memakan jenis makanan tertentu yang halal
tanpa sebab yang jelas (seperti vegetarian dan sebangsanya), puasa pati geni,
puasa mutih, dan sebangsanya.
2)
Mengadakan selamatan mitoni/ ningkepi
dan mrocati, puputan, selapanan, dan mandap siti
3)
Tabattul/ hidup membujang, tidak nikah untuk
tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan
4)
Mengadakan
upacara sesaji pada pohon dan bernadzar pergi ke kubur wali.
5). Mengheningkan
cipta , sebagaimana layaknya dilakukan oleh bangsa Jepang
6). Menyiksa diri
untuk tujuan mendekatkan diri kepada Tuhan.
Bid’ah Idhofiyah ialah bid’ah yang dikaitkan
kepada ibadah tertentu yang dituntunkan oleh Rasulullah saw.
1)
Shalat
Raghaib, yaitu shalat 12 rakaat pada malam Jum’at yang pertama dalam bulan
Rajab, dengan cara-cara tertentu.
2)
Shalat
Nishfu Sya’ban, yaitu shalat 100 rakaat pada malam tanggal lima bulan Sya’ban,
dengan cara-cara tertentu.
3)
Menetapkan
Rabo terakhir bulan Shafar agar dilakukan Shalat Sunat setelah Dzuhur dan
dianjurkan para jamaah membawa air untuk tolak bala.
4)
Mengumandangkan
adzan dan iqamat untuk mayit sehabis dikubur untuk adzan untuk calon jamaah
haji yang akan berangkat ke tanah suci.
5)
Mentalqin
orang yang sudah meninggal dunia.
6)
Berdzikir
sampai tak sadarkan diri (sakran fidz dzikri)
c.
Ditinjau
dari segi perwujudannya, bid’ah dibagi 2 yaitu: Bid’ah Fi’liyah dan Bid’ah
Tarkiyah
Bid’ah Fi’liyah ialah bid’ah dalam wujud
mengerjakan sesuatu, baik berupa pekerjaan, tindakan maupun ucapan., seperti:
1) Membaca shalawat sebelum
mengumandangkan adzan
2) Membaca surat an-nas, al-falaq, al-ikhlas sebelum
mendirikan shalat.
3) Melafadzkan niat dalam berwudlu’,
shalat, dan berpuasa.
4) Menyelenggarakan upacara tahlilan,
kirim pahala bagi si mayit.
Bid’ah Tarkiyah ialah bid’ah dalam wujud meninggalkan sesuatu
seperti:
1)
Meninggalkan
keramaian (bertapa) untuk bersemedi di gunung-gunung
2)
Berpantang
makanan tertentu yang didasari oleh keyakinan yang keliru.
Termasuk
Bid’ah Tarkiyah juga adalah bid’ah yang terjadi karena meninggalkan sesuatu
yang dihalalkan dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan, atau tanpa alasan
sama sekali, seperti meninggalkan makan daging kambing dan meninggalkan minum
air yang bergula karena ingin mendapat pahala dari meninggalkannya. Tetapi
kalau meninggalkan Nikah karena khawatir akan menyengsarakan orang yang akan
dinikahi, meninggalkan makan daging kambing karena khawatir darah tingginya
akan kambuh dan meninggalkan minum air bergula karena khawatir kencing manisnya
akan parah, maka meninggalkannya tidak termasuk bid’ah.
d. Ditinjau dari segi ajarannya, bid’ah dibagi
dua yaitu: Bid’ah i’tiqadiyah dan Bid’ah ‘Amaliyah
Bid’ah
I’tiqadiyah ialah bid’ah yang berupa ajaran-ajaran yang bersifat
aqidah/keyakinan, seperti:
1)
Faham
yang membenarkan semua agama dan pemeluk-pemeluk agama non Islam dapat masuk
Surga (Pluralisme Agama)
2)
Faham
yang memisahkan ajaran Allah dalam kehidupan manusia (Sekularisme)
3)
Kepercayaan
bahwa Tuhan itu berjism.
4)
Kepercayaan
bahwa Tuhan itu menyerupai makhluk.
5)
Kepercayaan
bahwa Tuhan itu tidak mempunyai kebebasan penuh dalam berbuat.
Bid’ah
‘Amaliyah ialah bid’ah yang berupa ajaran-ajaran yang bersifat amaliah
badaniyah. seperti:
1)
Puasa
Mutih dan puasa ngrowot.
2)
Menggerak-gerakkan
kepala dengan tujuan ta’abbudi ketika membaca kalimah thayyibah
3)
Menyelenggarakan
acara-acara manaqiban, barzanji, yasinan, dan lain-lain.
4)
Menentukan
bacaan-bacaan khusus secara bersama-sama disela-sela shalat tarwih.
5)
Mengirimkan
bacaan al-fatihah untuk orang-orang telah meninggal dunia.
e.
Ditinjau
dari segi teknis pelaksanaannya, bid’ah dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
Bid’ah
Zamaniyah, Bid’ah Makaniyah dan Bid’ah Haliyah
Bid’ah
Zamaniyah ialah bid’ah yang dikaitkan dengan waktu-waktu tertentu seperti:
1)
Mengadakan
perayaan-perayaan pada hari Maulid.
2)
Mengadakan
selamatan-selamatan sehabis panen.
3)
Mengadakan
selamatan-selamatan di akhir bulan Sya’ban.
4)
Mengadakan
tahlilan setiap malam jum’at kliwon.
Bid’ah Makaniyah ialah bid’ah yang dikaitkan dengan tempat-tempat tertentu seperti:
1)
Membangun
cungkuk di atas kubur.
2)
Mengadakan
selamatan di atas kubur orang yang dipandang keramat.
3)
Tidur
di atas kubur seraya memohon sesuatu kepada yang dikubur.
4)
Membaca
al-Qur’an di tempat-tempat yang dianggap keramat.
Bid’ah
Haliyah ialah bid’ah yang dikaitkan dengan peristiwa- peristiwa/kondisi-kondisi
tertentu, seperti:
1)
Mengadakan
upacara-upacara karena lahirnya seorang bayi.
2)
Mengadakan
upacara-upacara karena matinya seorang anggota keluarga.
3)
Mengadakan
upacara selamatan gerhana bulan/matahari.
4)
Ramai-ramai berdzikir waktu
mengantar jenazah
5)
Meniru-niru
orang kafir dalam merayakan agama mereka.
Penyaji: Zaini Munir
والله أعلم بالصواب
Sumber Rujukan:
1. Al-Qur’anul Karim
2. Kitab-Kitab hadits
3. Kaidah memahami bid’ah. Oleh:
Muhammad bin Husain Al Jizani
4. Makalah Pesantren Ramadlan. Oleh Drs.
A. Daelan.
5. Al-Bida’ wal Muhkalifat fil hajji.
Oleh: Abdul Muhsin bin Muhammad Samih, dkk.
6. As-Sunan wal Mubtadi’at.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar