Fariz Salman Alfarisi: SEPAK TERJANG SYI'AH DI INDONESIA

Laman

30/07/12

SEPAK TERJANG SYI'AH DI INDONESIA


 Perjalanan kaum Syi'ah di negeri ini semakin jelas.Dimulai ketika terjadi revolusi Iran yang mengantarkan ajaran atau (tepatnya disebut) dîn (agama) Syi'ah menguasai Iran sebagai agama penguasa setelah pemerintahan Reza Pahlevi runtuh. Setelah terjadi revolusi di Iran di penghujung tahun 1979, mereka mulai menyebarkan ajaran mereka ke seluruh negeri Islam dengan mengatas-namakan dakwah Islam. Terutama ke negeri Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Ada tiga faktor yang menyebabkan Syi'ah mudah masuk ke Indonesia. Yaitu: Pertama, kaum Muslim terbelakang dalam pemahaman terhadap aqidah Islam yang Shahihah (benar) yang berdasarkan al-Qur'ân dan Sunnah. Kedua, mayoritas kaum Muslimin pada saat itu sangat jauh dari manhaj Salafush Shâlih. Mereka hanya sekedar mengenal nama yang agung ini, namun dari sisi pemahaman pengamalan dan dakwah jauh sekali dari pemahaman dan praktek Salaful Ummah (generasi terbaik umat Islam). Memang ada sebagian kaum Muslimin yang menyeru kepada al-Qur'ân dan Sunnah, tetapi menurut pemahaman masing-masing tanpa ada satu metode yang akan mengarahkan dan membawa mereka kepada pemahaman yang shahîh (benar). Ketiga, kebanyakan kaum muslimin termasuk tokoh-tokoh mereka di negeri ini kurang paham atau tidak paham sama sekali tentang ajaran Syi'ah yang sangat berbahaya terhadap Islam dan kaum Muslimin, bahkan untuk seluruh umat
manusia. Pemahaman mereka terhadap ajaran Syi'ah sebatas Syi'ah sebagai madzhab fiqh, sebagaimana madzhab-madzhab yang ada dalam Islam yang merupakan hasil ijtihad para ulama seperti Imam Syafi'i, Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad dan lain-lain.Mereka mengira perbedaan antara Syi'ah dengan madzhab yang lain hanya pada masalah khilafiyah furû'iyyah (perbedaan kecil). Oleh karena itu, sering kita dengar, para tokoh Islam di negeri kita ini mengatakan bahwa tidak ada perbedaan antara kita dengan Syi'ah kecuali sekedar perbedaan furu'iyyah. Dengan tiga sebab ini, Syi'ah bisa masuk ke negeri ini dan mempengaruhi sebagian kaum muslimin. Mereka menamakan perjuangan mereka perjuangan islam untuk menegakan Daulah Islamiyah. [1] Padahal pada hakekatnya untuk menegakan Daulah Rafidhah. Mereka ingin menyebarkan dan mendakwahkan ajaran mereka. Karena dalam pandangan mereka, tidak ada hukum Islam kecuali yang diambil dari ajaran ini (Syi'ah) dan ditegakkan oleh mereka. Khomaini, pemimpin mereka telah menulis beberapa kitab. Tiga diantara kitab-kitab ini menjelaskan dengan gamblang kepada kita tentang jati diri penulis dan para pengikutnya. Tiga kitab itu adalah: Kitab Hukumâtul Islamiyah Kitab Tahrîrul Wasilah Kitab Jihadun Nafs atau dengan judul Jihâdul Akbar.Dalam tiga kitab ini, khususnya dalam kitab Hukumâtul Islamiyah, Khomaini secara tegas tanpa taqiyyah menyatakan beberapa hal penting sebagai dasar pada agama mereka. Diantaranya dua hal yang sangat mendasar yaitu: Tidak ada hukum kecuali hukum Syi'ah. Jadi yang dimaksud dengan Hukumatul Islamiyah adalah hukum Rafidhah. Tidak ada negeri islam kecuali yang ditegakkan oleh mereka. Karena itu mereka menyerukan agar kaum Muslimin mengikuti mereka. Berbagai upaya dilakukan, misalnya mengirimkan dai-dai ke seluruh negeri-negeri Islam atau dengan istilah pertukaran pelajar, atau cendekiawan, mempertemukan tokoh-tokoh mereka dengan tokoh-tokoh kaum muslimin untuk mempersatukan Islam. Sebuah tanda tanya besar! Padahal yang diinginkan adalah agar kaum Muslimin mengikuti mereka. Dalam kitab Hukumâtul Islamiyah ini, Khomaini dengan tegas mengatakan bahwa derajat imam-imam mereka lebih tinggi dari derajat para Nabi dan Rasul bahkan para Malaikat. Dalam kitab itu juga, Khomaini tidak mengenal Daulah Islamiyah kecuali yang ditegakkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Ali bin Abi Thalib radhiyallâhu'anhu, adapun tiga khalifah sebelum Ali radhiyallâhu'anhu yaitu Abu Bakar radhiyallâhu'anhu, Umar radhiyallâhu'anhu, dan Utsman radhiyallâhu'anhu tidak dianggap sebagai Muslim. Bahkan dalam kitab Jihâdul Akbar, Khomaini dengan tegas mengutuk sahabat agung, penulis wahyu, ipar Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam dan pamannya kaum muslimin yaitu Mu'awiyah bin Abi Sufyan radhiyallâhu'anhu. Khomaini mengatakan bahwa Mu'awiyah radhiyallâhu'anhu terlaknat di dunia dan di akhirat dengan mendapatkan adzab di akhirat. Seolah-olah dengan perkataannya ini, dia mengetahui hal yang ghaib. Apakah Allah Ta'ala telah mengikat perjanjian dengan dia?Apakah Allah Ta'ala telah memberikan berita gaib kepadanya? Sehingga dengan tegas dia berani mengucapkan kata ini? Ini menunjukkan betapa kuat kebencian dan dendamnya yang membara kepada para pembesar kaum Muslimin yaitu para Sahabat radhiyallahu'anhum. Oleh karena itu, ketika mengetahui kata-kata Khomaini dalam ketiga kitabnya tersebut, sebagian tokoh Muslim berbalik dan menyadari bahwa apa yang disuarakan "Persatuan dan Kesatuan Umat Islam", "Tidak ada perbedaan antara mereka kecuali masalah furu 'saja", semuanya adalah kebohongan .dikutip dari: majalah as Sunnah Insya Allah pada bulan ini kami akan membongkar sepak terjang Syi'ah dibumi nusantara ini (/ red.QS)

 Ustadz Abdul Hakim Bin Amir Abdat Hafizhahullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar