Segala puji bagi Allah, Rabb pemberi segala nikmat dan yang berhak
disembah. Shalawat dan salam kepada penutup para Nabi, yaitu Nabi
Muhammad, istri-istri beliau, keluarga, para sahabat yang berjuang keras
membela Islam dan setiap orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan
hingga akhir zaman.
Sebagian ulama dan ahli ibadah punya keyakinan bahwa jika seseorang beribadah dan mengharap-harap balasan akhirat yang Allah janjikan maka ini akan mencacati keikhlasannya. Walaupun mereka tidak menyatakan batalnya amalan karena maksud semacam ini, namun mereka membenci jika seseorang punya maksud demikian.
Mereka pun mengatakan,
“Jika aku beribadah pada Allah karena mengharap surga-Nya dan karena takut akan siksa neraka-Nya, maka aku adalah pekerja yang jelek. Tetapi aku hanya ingin beribadah karena cinta dan rindu pada-Nya.” Perkataan ini juga dikemukakan oleh Robi'ah Al 'Adawiyah, Imam Al Ghozali dan Syaikhul Islam Ismail Al Harowi.1 Di antara perkataan Robi'ah Al Adawiyah dalam bait syairnya, “Aku sama sekali tidak mengharap surga dan takut pada neraka (sebagai balasan ibadah). Dan aku tidak mengharap rasa cintaku ini sebagai pengganti.”
Jadi intinya mereka bermaksud mengatakan bahwa janganlah seseorang beramal karena ingin mengharap pahala, mengharap balasan di sisi Allah, ingin mengharap surga atau takut pada siksa neraka. Ini namanya tidak ikhlas.
Namun jika kita perhatikan kembali pada Al Qur'an dan petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sungguh pendapat mereka-mereka jauh dari kebenaran. Berikut beberapa buktinya. Semoga Allah memberikan kepahaman.
Allah Memerintahkan untuk Berlomba Meraih Kenikmatan di Surga
Setelah menyebutkan berbagai kenikmatan di surga dalam surat Al Muthaffifin, Allah Ta'ala pun memerintah untuk berlomba-lomba meraihnya,
1 Ta'thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Dr. Sayid bin Husain Al 'Afani, hal. 365-366, Darul 'Affani, 1421 H. [Pembahasan selanjutnya banyak kami ambil faedah dari kitab ini]
2 Ada dua tafsiran mengenai surat Al Anbiya' ayat 90. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Zakariya dan istrinya. Ada pula sebagian ulama yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah semua nabi yang disebutkan dalam surat Al Anbiya'. Lihat penjelasan Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir ketika menjelaskan surat ini.
3 HR. Abu Daud no. 792, Ibnu Majah no. 910, dan Ahmad (3/474). Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih wa Dhoif Sunan Abu Daud no. 792.
4 HR. Muslim no. 875
5 HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Awsoth. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Fadhlu Sholah ‘alan Nabi no. 49
6 Majmu' Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 10/701, Darul Wafa',cetakan ketiga, 1426 H
7 Majmu' Al Fatawa, 10/240-241.
8 HR. Muslim no. 181.
9 Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, 14/287, Muassasah Qurthubah
Sebagian ulama dan ahli ibadah punya keyakinan bahwa jika seseorang beribadah dan mengharap-harap balasan akhirat yang Allah janjikan maka ini akan mencacati keikhlasannya. Walaupun mereka tidak menyatakan batalnya amalan karena maksud semacam ini, namun mereka membenci jika seseorang punya maksud demikian.
Mereka pun mengatakan,
“Jika aku beribadah pada Allah karena mengharap surga-Nya dan karena takut akan siksa neraka-Nya, maka aku adalah pekerja yang jelek. Tetapi aku hanya ingin beribadah karena cinta dan rindu pada-Nya.” Perkataan ini juga dikemukakan oleh Robi'ah Al 'Adawiyah, Imam Al Ghozali dan Syaikhul Islam Ismail Al Harowi.1 Di antara perkataan Robi'ah Al Adawiyah dalam bait syairnya, “Aku sama sekali tidak mengharap surga dan takut pada neraka (sebagai balasan ibadah). Dan aku tidak mengharap rasa cintaku ini sebagai pengganti.”
Jadi intinya mereka bermaksud mengatakan bahwa janganlah seseorang beramal karena ingin mengharap pahala, mengharap balasan di sisi Allah, ingin mengharap surga atau takut pada siksa neraka. Ini namanya tidak ikhlas.
Namun jika kita perhatikan kembali pada Al Qur'an dan petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, sungguh pendapat mereka-mereka jauh dari kebenaran. Berikut beberapa buktinya. Semoga Allah memberikan kepahaman.
Allah Memerintahkan untuk Berlomba Meraih Kenikmatan di Surga
Setelah menyebutkan berbagai kenikmatan di surga dalam surat Al Muthaffifin, Allah Ta'ala pun memerintah untuk berlomba-lomba meraihnya,
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. ” (QS. Al Muthaffifin: 26)
Dalam Al Qur'an pun Disebutkan Balasan dari Suatu Amalan
Dalam Al Qur'an pun Disebutkan Balasan dari Suatu Amalan
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّ
الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ
الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا (107) خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا
حِوَلًا (108)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,
mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.” (QS. Al Kahfi: 107-108)
Al Qur'an Memberi Kabar Gembira dan Peringatan
Al Qur'an Memberi Kabar Gembira dan Peringatan
Allah Ta'ala berfirman,
قَيِّمًا
لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ
الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا
“Al Qur'an sebagai bimbingan yang lurus,
untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan
memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan
amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.” (QS. Al Kahfi: 2)
Sifat Orang Beriman, Beribadah dengan Khouf (Takut) dan Roja' (Harap)
Sifat Orang Beriman, Beribadah dengan Khouf (Takut) dan Roja' (Harap)
Allah Ta'ala berfirman,
أُولَئِكَ
الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ
أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ
رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka
sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang
lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan
azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. ” (QS. Al Israa': 57)
Sifat 'Ibadurrahman Berlindung dari Siksa Neraka
Sifat 'Ibadurrahman Berlindung dari Siksa Neraka
Allah Ta'ala berfirman,
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا
“Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan
kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah
kebinasaan yang kekal". ” (QS. Al Furqon: 65)
Sifat Ulil Albab juga Berlindung dari Siksa Neraka
Sifat Ulil Albab juga Berlindung dari Siksa Neraka
Allah Ta'ala berfirman,
الَّذِينَ
يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ
وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا
خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191)
رَبَّنَا إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا
لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ (192) رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا
مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آَمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآَمَنَّا
رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا
وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ (193) رَبَّنَا وَآَتِنَا مَا وَعَدْتَنَا
عَلَى رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ
الْمِيعَادَ (194)
“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam
neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi
orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya
kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah
kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah
bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan
kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya
Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami
dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami
di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji." ” (QS. Ali Imron: 191-194)
Malaikat pun Meminta pada Allah Surga
Malaikat pun Meminta pada Allah Surga
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika menceritakan keadaan para malaikat, beliau bersabda bahwa Allah Ta'ala berfirman,
فَمَا يَسْأَلُونِى قَالَ يَسْأَلُونَكَ الْجَنَّةَ
“Apa yang para malaikat mohon pada-Ku?” “Mereka memohon pada-Mu surga,” sabda beliau.
Lihatlah malaikat pun meminta pada Allah surga, padahal mereka adalah seutama-utamanya wali Allah. Sifat-sifat para malaikat adalah,
Lihatlah malaikat pun meminta pada Allah surga, padahal mereka adalah seutama-utamanya wali Allah. Sifat-sifat para malaikat adalah,
لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
“Malaikat-malaikat itu tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
Asiyah, istri Fir'aun yang Beriman Meminta Rumah di Surga
Asiyah, istri Fir'aun yang Beriman Meminta Rumah di Surga
Allah Ta'ala berfirman,
وَضَرَبَ
اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آَمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ
رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ
فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
“Dan Allah membuat isteri Fir'aun
perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: "Ya
Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam firdaus, dan
selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku
dari kaum yang zhalim. ” (QS. At Tahrim: 11). Padahal Asiyah lebih utama dari Robi'ah Al Adawiyah, namun ia pun masih meminta pada Allah surga.
Para Nabi Beribadah dengan Roghbah (Harap) dan Rohaba (Cemas/Takut)
Para Nabi Beribadah dengan Roghbah (Harap) dan Rohaba (Cemas/Takut)
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang
yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik
dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu' kepada Kami. ” (QS. Al Anbiya': 90)2
Nabi Ibrahim 'alaihis salam pun Meminta Surga
Nabi Ibrahim 'alaihis salam pun Meminta Surga
Sebagaimana do'a Nabi Ibrahim -kholilullah/ kekasih Allah-,
وَاجْعَلْنِي
مِنْ وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ (85) وَاغْفِرْ لِأَبِي إِنَّهُ كَانَ
مِنَ الضَّالِّينَ (86) وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ
“Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang
yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku,
karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat,
dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.” (QS. Asy Syu'ara: 85-87)
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pun Meminta Surga
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pun Meminta Surga
Dari Abu Sholih, dari beberapa sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertanya kepada seseorang, “Do'a apa yang engkau baca di dalam shalat?”
أَتَشَهَّدُ
وَأَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ
النَّارِ أَمَا إِنِّى لاَ أُحْسِنُ دَنْدَنَتَكَ وَلاَ دَنْدَنَةَ مُعَاذٍ
“Aku membaca tahiyyat, lalu aku ucapkan 'Allahumma inni as-alukal jannah wa a'udzu bika minannar'
(aku memohon pada-Mu surga dan aku berlindung dari siksa neraka). Aku
sendiri tidak mengetahui kalau engkau mendengungkannya begitu pula
Mu'adz”, jawab orang tersebut. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Kami sendiri memohon surga (atau berlindung dari neraka).”3
Nabi Menyuruh Meminta Tempat yang Mulia untuknya di Surga
Nabi Menyuruh Meminta Tempat yang Mulia untuknya di Surga
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا
سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُولُوا مِثْلَ مَا يَقُولُ ثُمَّ صَلُّوا
عَلَىَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى عَلَىَّ صَلاَةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
بِهَا عَشْرًا ثُمَّ سَلُوا اللَّهَ لِىَ الْوَسِيلَةَ فَإِنَّهَا
مَنْزِلَةٌ فِى الْجَنَّةِ لاَ تَنْبَغِى إِلاَّ لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ
اللَّهِ وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَنَا هُوَ فَمَنْ سَأَلَ لِىَ
الْوَسِيلَةَ حَلَّتْ لَهُ الشَّفَاعَةُ
“Apabila kalian mendengar mu’adzin, maka
ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan oleh muadzin, lalu bershalawatlah
kepadaku, maka sungguh siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali,
Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak 10 kali. Kemudian mintalah
pada Allah wasilah bagiku karena wasilah adalah sebuah kedudukan di
surga. Tidaklah layak mendapatkan kedudukan tersebut kecuali untuk satu
orang di antara hamba Allah. Aku berharap aku adalah dia. Barangsiapa
meminta wasilah untukku, dia berhak mendapatkan syafa’atku.”4
Yang dimaksud dengan wasilah adalah kedudukan tinggi di surga. Sebagaimana terdapat dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Yang dimaksud dengan wasilah adalah kedudukan tinggi di surga. Sebagaimana terdapat dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ الوَسِيْلَةَ دَرَجَةٌ عِنْدَ اللهِ لَيْسَ فَوْقَهَا دَرَجَةٌ فَسَلُّوْا اللهَ أَنْ يُؤْتِيَنِي الوَسِيْلَةَ عَلَى خَلْقِهِ
“Sesungguhnya wasilah adalah kedudukan
(derajat yang mulia) di sisi Allah. Tidak ada lagi kedudukan yang mulia
di atasnya. Maka mintalah pada Allah agar memberiku wasilah di antara
hamba-Nya yang lain.”5
Setelah Kita Menyaksikan
Setelah Kita Menyaksikan
Setelah kita melihat sendiri dan menyaksikan
dengan seksama berbagai ayat al Qur'an dan riwayat hadits yang telah
kami kemukakan di atas, ini menunjukkan bahwa seluruh ajaran agama ini
mengajak setiap hamba untuk mencari surga dan berlindung dari
neraka-Nya. Dalil-dalil tersebut juga menunjukkan bahwa para rasul, para
nabi, para shidiq, para syuhada', para malaikat dan para wali Allah
yang mulai, mereka semua beramal karena ingin meraih surga dan takut
akan siksa neraka. Mereka adalah hamba Allah terbaik, lantas pantaskah
mereka disebut pekerja yang jelek?!
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,
وَطَلَبُ
الْجَنَّةِ وَالِاسْتِعَاذَةِ مِنْ النَّارِ طَرِيقُ أَنْبِيَاءِ اللَّهِ
وَرُسُلِهِ وَجَمِيعِ أَوْلِيَائِهِ السَّابِقِينَ الْمُقَرَّبِينَ
وَأَصْحَابِ الْيَمِينِ
“Meminta surga dan berlindung dari siksa neraka
adalah jalan hidup para Nabi Allah, utusan Allah, seluruh wali Allah,
ahli surga yang terdepan (as sabiqun al muqorrobun) dan ahli surga pertengahan (ash-habul yamin).”6
Salah Paham dengan Kenikmatan di Surga dan Siksa Neraka
Salah Paham dengan Kenikmatan di Surga dan Siksa Neraka
Mengenai perkataan sebagian sufi,
لَمْ أَعْبُدْكَ شَوْقًا إلَى جَنَّتِكَ وَلَا خَوْفًا مِنْ نَارِكَ
“Aku tidaklah beribadah pada-Mu karena menginginkan nikmat surga-Mu dan takut pada siksa neraka-Mu”, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah memberikan jawaban,
“Perkataan ini muncul karena sangkaannya bahwa
surga sekedar nama tempat yang akan diperoleh berbagai macam nikmat.
Sedangkan neraka adalah nama tempat yang mana makhluk akan mendapat
siksa di dalamnya. Ini termasuk mendeskreditkan dan meremehkan yang
dilakukan oleh mereka-mereka karena salah paham dengan kenikmatan surga.
Kenikmatan di surga adalah segala sesuatu yang dijanjikan kepada
wali-wali Allah dan juga termasuk kenikmatan karena melihat Allah. Yang
terakhir ini juga termasuk kenikmatan di surga. Oleh karenanya, makhluk
Allah yang paling mulia selalu meminta surga pada Allah dan selalu
berlindung dari siksa neraka.”7
Melihat wajah Allah di akhirat kelak, itulah
kenikmatan yang paling besar dan istimewa dari kenikmatan lainnya. Dari
Shuhaib, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« إِذَا
دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ - قَالَ - يَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى تُرِيدُونَ شَيْئًا أَزِيدُكُمْ فَيَقُولُونَ أَلَمْ تُبَيِّضْ
وُجُوهَنَا أَلَمْ تُدْخِلْنَا الْجَنَّةَ وَتُنَجِّنَا مِنَ النَّارِ -
قَالَ - فَيَكْشِفُ الْحِجَابَ فَمَا أُعْطُوا شَيْئًا أَحَبَّ إِلَيْهِمْ
مِنَ النَّظَرِ إِلَى رَبِّهِمْ عَزَّ وَجَلَّ ».
“Jika penduduk surga memasuki surga, Allah
Ta'ala pun mengatakan pada mereka, “Apakah kalian ingin sesuatu sebagai
tambahan untuk kalian?” “Bukankah engkau telah membuat wajah kami
menjadi berseri, telah memasukkan kami ke dalam surga dan membebaskan
kami dari siksa neraka?”, tanya penduduk surga tadi. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Allah
pun membuka hijab (tirai). Maka mereka tidak pernah diberi nikmat yang
begitu mereka suka dibanding dengan nikmat melihat wajah Rabb mereka
'azza wa jalla.”8
Siksaan di neraka yang paling berat adalah karena tidak memperoleh nikmat yang besar ini yaitu melihat Allah Ta'ala.
Orang-orang kafir tidak merasakan melihat wajah Allah yang merupakan
nikmat terbesar yang diperoleh oleh penduduk surga. Inilah kerugian dan
siksaan bagi mereka. Allah Ta'ala berfirman,
كَلَّا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ
“Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari melihat wajah Tuhan mereka. ” (QS. Al Muthaffifin: 15). Imam Syafi'i berdalil dengan mafhum (makna tersirat) ayat ini,
هذه الآية دليل على أن المؤمنين يرونه عز وجل يومئذ
“Ayat ini adalah dalil bahwa orang-0rang beriman akan melihat Allah 'azza wa jalla pada hari itu (hari kiamat).”9
Inilah pikiran picik yang membatasi kenikmatan
di surga hanya dengan merasakan berbagai nikmat, seperti sungai,
bidadari, buah-buahan, namun ada nikmat yang lebih daripada itu yaitu
nikmat melihat Allah Ta'ala.
Kesimpulan
Kesimpulan
Yang namanya ikhlas adalah seseorang beramal
dengan mengharap segala apa yang ada di sisi Allah, yaitu mengharap
surga dengan segala kenikmatannya (baik bidadari, berbagai buah, sungai
di surga, rumah di surga, dsb), termasuk pula dalam hal ini adalah ingin
melihat Allah di akhirat kelak. Begitu pula yang namanya ikhlas adalah
seseorang beribadah karena takut akan siksa neraka. Inilah yang namanya
ikhlas.
Jika seseorang tidak memiliki harapan untuk meraih surga dan takut akan neraka, maka semangatnya dalam beramalnya pun jadi lemah. Namun jika seseorang dalam beramal selalu ingin mengharapkan surga dan takut akan siksa neraka, maka ia pun akan semakin semangat untuk beramal dan usahanya pun akan ia maksimalkan.
Semoga Allah senantiasa menganugerahkan kita keikhlasan dalam beramal, harapan yang kuat untuk meraih surga-Nya dan rasa takut akan siksa neraka-Nya.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.com
Disempurnakan di Pangukan-Sleman, 26 Muharram 1431 H
Jika seseorang tidak memiliki harapan untuk meraih surga dan takut akan neraka, maka semangatnya dalam beramalnya pun jadi lemah. Namun jika seseorang dalam beramal selalu ingin mengharapkan surga dan takut akan siksa neraka, maka ia pun akan semakin semangat untuk beramal dan usahanya pun akan ia maksimalkan.
Semoga Allah senantiasa menganugerahkan kita keikhlasan dalam beramal, harapan yang kuat untuk meraih surga-Nya dan rasa takut akan siksa neraka-Nya.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.com
Disempurnakan di Pangukan-Sleman, 26 Muharram 1431 H
Footnote:
1 Ta'thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Dr. Sayid bin Husain Al 'Afani, hal. 365-366, Darul 'Affani, 1421 H. [Pembahasan selanjutnya banyak kami ambil faedah dari kitab ini]
2 Ada dua tafsiran mengenai surat Al Anbiya' ayat 90. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah Zakariya dan istrinya. Ada pula sebagian ulama yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah semua nabi yang disebutkan dalam surat Al Anbiya'. Lihat penjelasan Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir ketika menjelaskan surat ini.
3 HR. Abu Daud no. 792, Ibnu Majah no. 910, dan Ahmad (3/474). Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih wa Dhoif Sunan Abu Daud no. 792.
4 HR. Muslim no. 875
5 HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Awsoth. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Fadhlu Sholah ‘alan Nabi no. 49
6 Majmu' Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 10/701, Darul Wafa',cetakan ketiga, 1426 H
7 Majmu' Al Fatawa, 10/240-241.
8 HR. Muslim no. 181.
9 Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, 14/287, Muassasah Qurthubah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar