Fariz Salman Alfarisi: Mengimani Peristiwa Isra ' Mi'raj dan Sanggahan Terhadap yang Mengingakarinya

Laman

20/05/12

Mengimani Peristiwa Isra ' Mi'raj dan Sanggahan Terhadap yang Mengingakarinya




Salah satu prinsip aqidah dalam Islam adalah mengimani  peristiwa  Isra 'dan  Mi'raj yang  dialami Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam .  Isra 'adalah perjalanan yang dilakukan Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam  bersama Malaikat Jibril pada malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha (Baitul Maqdis) di Palestina. Perjalanan sejauh ini ditempuh oleh beliau dengan mengendarai Buraq, sejenis hewan yang berwarna putih, panjang, ukurannya lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari  baghl  (peranakan kuda dengan keledai). Dengan kekuasaan Allah  ta'ala , hewan ini mampu melangkahkan kakinya sejauh mata memandang.
Adapun mi'raj adalah peristiwa naiknya Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam  dari bumi menuju Sidratul Muntaha, untuk kemudian bertemu dengan Allah Yang Maha Tinggi dan menerima kewajiban shalat lima waktu sehari semalam.
Sebagian orang beranggapan bahwa  peristiwa  Isra 'dan  Mi'raj  terjadi pada waktu  yang berbeda,  Isra 'pada satu malam tertentu, dan  Mi'raj  pada malam  yang  lain. Namun yang  benar adalah peristiwa  Isra 'dan  Mi'raj  ini terjadi pada satu malam  yang  sama.Demikian  yang  diungkapkan oleh Al-Imam Al-Baihaqi  rahimahullah . Keterangan beliau ini dikuatkan oleh Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah  dengan mengatakan: "Apa  yang diungkapkan oleh beliau (Al-Baihaqi) ini adalah  yang  benar, tidak ada sedikitpun keraguan padanya. "( Tafsir Ibnu Katsir ).

Banyak riwayat dari hadits  yang  menyebutkan tentang kisah perjalanan  yang  merupakan salah satu mu'jizat dan tanda kenabian Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam  ini. Masing-masing riwayat tersebut saling melengkapi satu dengan  yang  lain. Berikut ini, akan disebutkan dari riwayat Al-Imam Muslim  rahimahullah  dalam kitab Shahihnya (hadits no. 162).
Hadits dari shahabat Anas bin Malik  radhiyallahu 'anhu , bahwa Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam  bersabda:
"Didatangkan kepadaku Buraq (dia adalah seekor binatang yang berwarna putih, panjang, ukurannya lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari  baghl (peranakan kuda dengan keledai), hewan ini mampu melangkahkan kakinya sejauh mata memandang). Akupun menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, kemudian aku tambatkan hewan tersebut di sebuah tali (yang ada di pintu masjid Baitul Maqdis). Lalu aku memasuki masjid dan mengerjakan shalat dua raka'at. Setelah itu, aku keluar dan Jibril 'alaihissalam mendatangiku dengan membawa sebuah bejana yang berisi khamr dan sebuah bejana yang berisi susu. Akupun memilih susu. Kata Jibril  'alaihissalam : 'Engkau telah memilih fithrah.'
Kemudian kami naik menuju langit, lalu Jibril meminta (kepada malaikat penjaga pintu langit) untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: 'Siapa engkau?' Dia menjawab: 'Aku Jibril.' Jibril ditanya lagi: 'Siapa  yang  bersamamu? ' Jibril menjawab: 'Muhammad.' Dia ditanya lagi: 'Apakah dia telah diutus?' Jibril menjawab: 'Dia telah diutus. Maka dibukakanlah untuk kami pintu langit, dan akupun bertemu dengan Adam, diapun menyambutku dan mendo'akan kebaikan untukku.
Kemudian kami naik menuju langit kedua, lalu Jibril  'alaihissalam  meminta untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: 'Siapa engkau?' Dia menjawab: 'Aku Jibril.' Jibril ditanya lagi: 'Siapa  yang bersamamu? ' Jibril menjawab: 'Muhammad.' Dia ditanya lagi: 'Apakah dia telah diutus?' Jibril menjawab: 'Dia telah diutus. Maka dibukakanlah untuk kami pintu langit kedua, dan akupun bertemu dengan dua anak dari bibi [1] , yaitu 'Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariyya  shalawatullahi 'alaihima , mereka berduapun menyambutku dan mendo'akan kebaikan untukku.
Kemudian kami naik menuju langit ketiga, lalu Jibril  'alaihissalam  meminta untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: 'Siapa engkau?' Dia menjawab: 'Aku Jibril.' Jibril ditanya lagi: 'Siapa  yang bersamamu? ' Jibril menjawab: 'Muhammad  shallallahu 'alaihi wasallam . ' Dia ditanya lagi: 'Apakah dia telah diutus?' Jibril menjawab: 'Dia telah diutus.Maka dibukakanlah untuk kami pintu langit kedua, dan akupun bertemu dengan Yusuf shallallahu 'alaihi wasallam , dia adalah seorang  yang  dikaruniai setengah dari ketampanan, dia pun menyambutku dan mendo'akan kebaikan untukku.
Kemudian kami naik menuju langit keempat, lalu Jibril  'alaihissalam  meminta untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: 'Siapa engkau?' Dia menjawab: 'Aku Jibril.' Jibril ditanya lagi: 'Siapa  yang bersamamu? ' Jibril menjawab: 'Muhammad.' Dia ditanya lagi: 'Apakah dia telah diutus?' Jibril menjawab: 'Dia telah diutus. Maka dibukakanlah untuk kami pintu langit kedua, dan akupun bertemu dengan Idris, dia pun menyambutku dan mendo'akan kebaikan untukku. Allah  'azza wajalla  berfirman tentangnya:
ورفعناه مكانا عليا
"Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat  yang  tinggi. "  ( Maryam: 57 )
Kemudian kami naik menuju langit kelima, lalu Jibril  'alaihissalam  meminta untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: 'Siapa engkau?' Dia menjawab: 'Aku Jibril.' Jibril ditanya lagi: 'Siapa  yang bersamamu? ' Jibril menjawab: 'Muhammad  shallallahu 'alaihi wasallam . ' Dia ditanya lagi: 'Apakah dia telah diutus?' Jibril menjawab: 'Dia telah diutus.Maka dibukakanlah untuk kami pintu langit kedua, dan akupun bertemu dengan Harun shallallahu 'alaihi wasallam , dia pun menyambutku dan mendo'akan kebaikan untukku.
Kemudian kami naik menuju langit keenam, lalu Jibril  'alaihissalam  meminta untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: 'Siapa engkau?' Dia menjawab: 'Aku Jibril.' Jibril ditanya lagi: 'Siapa  yang bersamamu? ' Jibril menjawab: 'Muhammad  shallallahu 'alaihi wasallam . ' Dia ditanya lagi: 'Apakah dia telah diutus?' Jibril menjawab: 'Dia telah diutus.Maka dibukakanlah untuk kami pintu langit kedua, dan akupun bertemu dengan Musa shallallahu 'alaihi wasallam , dia pun menyambutku dan mendo'akan kebaikan untukku.
Kemudian kami naik menuju langit ketujuh, lalu Jibril  'alaihissalam  meminta untuk dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: 'Siapa engkau?' Dia menjawab: 'Aku Jibril.' Jibril ditanya lagi: 'Siapa  yang bersamamu? ' Jibril menjawab: 'Muhammad  shallallahu 'alaihi wasallam . ' Dia ditanya lagi: 'Apakah dia telah diutus?' Jibril menjawab: 'Dia telah diutus.Maka dibukakanlah untuk kami pintu langit kedua, dan akupun bertemu dengan Ibrahim shallallahu 'alaihi wasallam  sedang menyandarkan punggungnya di Al-Baitul Ma'mur, sebuah tempat  yang  setiap harinya ada 70.000 malaikat  yang memasukinya, dan para malaikat  yang  sudah memasukinya tadi tidak akan kembali lagi .
Kemudian aku dibawa menuju Sidratul Muntaha [2] ,  yang  daunnya seperti telinga gajah dan buahnya seperti guci  yang  besar. Tatkala ketetapan Allah datang menyelimutinya, berubahlah Sidratul Muntaha itu. Tidak ada seorangpun dari makhluk Allah  yang  mampu untuk menggambarkan keadaannya karena sangat indahnya.
Allah pun mewahyukan kepadaku dengan memerintahkan kepadaku shalat 50 waktu sehari semalam. Aku pun turun dan bertemu dengan Musa  shallallahu 'alaihi wasallam . Dia pun bertanya: 'Apa yang  diwajibkan Rabbmu kepada umatmu? ' Aku pun menjawab: 'Shalat 50 waktu.' Musa berkata: 'Kembalilah kepada Rabbmu, mohonlah keringanan kepada-Nya karena umatmu tidak akan sanggup memenuhi kewajiban ini, sungguh aku telah menguji Bani Israil (ternyata mereka tidak sanggup).
Aku pun kembali kepada Rabbku dan aku memohon: 'Wahai Rabbku, berikan keringanan kepada umatku.' Maka Allah pun menguranginya lima waktu. Kemudian aku kembali menemukan Musa dan aku katakan kepadanya: 'Allah telah mengurangi lima waktu.' Namun Musa tetap mengatakan: 'Sesungguhnya umatmu belum mampu memenuhi kewajiban ini, kembalilah kepada Rabbmu dan mohonlah keringanan kepada-Nya.
Terus menerus aku bolak-balik antara Rabbku  tabaraka wata'ala  dengan Musa 'alaihissalam  sampai Allah menyatakan: 'Wahai Muhammad, kewajiban shalat itu lima waktu sehari semalam, setiap shalat senilai sepuluh (kebaikan), sehingga nilai keseluruhan dari lima waktu shalat adalah sebesar 50 waktu shalat. Barangsiapa  yang  berniat untuk melakukan satu kebaikan namun dia belum mengamalkannya, maka akan dicatat untuknya satu kebaikan. Dan jika dia mengamalkannya, maka akan dicatat untuknya sepuluh kebaikan.Barangsiapa  yang  berniat melakukan kejelekan namun belum mengerjakannya, maka tidak akan dicatat kejelekan untuknya sedikitpun, dan jika mengerjakan kejelekan itu, maka akan dicatat baginya satu kejelekan.
Akupun turun dan bertemu dengan Musa  shallallahu 'alaihi wasallam  dan aku kabarkan tentang apa  yang  telah aku alami. Maka Musa mengatakan: 'Kembalilah kepada Rabbmu, mohonlah kepada-Nya keringanan. Aku katakan kepadanya: 'Sungguh aku telah kembali kepada Rabbku sampai aku merasa malu kepada-Nya. "

Isra 'dan Mi'raj dengan Ruh dan Jasad Beliau shallallahu 'alaihi wasallam

Sebagian kalangan  yang  lebih mengedepankan akal dan logikanya dalam memahami agama ini-dari nash-nash Al-Qur'an dan As-Sunnah-berupaya untuk mengingkari terjadinya peristiwa  Isra ' Mi'raj . Kalaupun benar  peristiwa  tersebut terjadi, maka itu hanya mimpi atau hanya ruh beliau saja, tidak mungkin dengan jasad fisik beliau. Menurut mereka, tidak masuk akal perjalanan sejauh itu hanya ditempuh selama satu malam. Sangat jauhnya jarak antara Masjidil Haram dengan Masjidil Aqsha, kemudian ditambah jarak antara bumi dan langit, tentunya membutuhkan perjalanan dengan kecepatan  yang  sangat tinggi.Sehingga tidak mungkin Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam  bisa menempuhnya dengan jasad beliau. Sebuah benda  yang  paling keras sekalipun, kalau bergerak dengan kecepatan  yang  sangat tinggi, maka benda tersebut bisa meleleh, apalagi jasad seorang manusia. Ini tidak masuk akal, kata mereka.
Maka kita katakan:  Benar bahwa peristiwa Isra 'Mi'raj itu tidak masuk akal, yakni akal  yang  berpenyakit, akalnya orang-orang  yang  di hatinya ada bibit penyimpangan dan kesesatan dari agama  yang  lurus ini .
Sungguh akal  yang  sehat itu justru menerima dengan penuh ketundukan dan keyakinan setiap berita dalam Al-Qur'an maupun hadits. Akal  yang  sehat menyatakan bahwa Allah ta'ala  Maha Mampu atas segalanya. Kalau Allah berkehendak, Allah pun mampu untuk menciptakan kejadian luar biasa  yang  lebih menakjubkan dari  peristiwa  Isra '  Mi'raj pada diri Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam  tersebut.
Ayat Al-Qur'an  yang  mengabadikan  peristiwa  besar ini, yaitu firman Allah  ta'ala :
سبحان الذي أسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام إلى المسجد الأقصى الذي باركنا حوله لنريه من آياتنا إنه هو السميع البصير
"Maha Suci Allah,  yang  telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha  yang  telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. "  ( Al-Isra ': 1 )
menunjukkan bahwa  peristiwa  tersebut adalah benar adanya dan dialami oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam  dengan ruh dan jasad beliau, bukan ruh saja atau mimpi saja.Berikut argumentasinya:
1. Kalimat tasbih (سبحان الذي أسرى ...). Sebagaimana  yang  sudah dikenal di kalangan umat Islam, bahwa kalimat tasbih ini juga sering digunakan ketika melihat atau mendengar peristiwa  besar dan menakjubkan. Kalau  Isra 'dan juga  Mi'raj  ini dilakukan dalam mimpi beliau saja, maka ini bukanlah suatu  peristiwa  besar. Dalam mimpi, seorang manusia bisa saja mengalami kejadian aneh maupun peristiwa  mustahil  yang  tidak akan mungkin terjadi di alam nyata ini.
2. Kalimat (بعبده),  yang  berarti hamba-Nya. Kalimat عبد / hamba, berarti sebuah ungkapan yang  menunjukkan berkumpulnya antara ruh dan jasad, sebagaimana  yang  sudah dikenal dalam bahasa Arab.
Adapun  peristiwa  Mi'raj , Allah  subhanahu wata'ala  telah abadikan dalam Al-Qur'an di awal-awal surat An-Najm. Pada ayat ke-17:
ما زاغ البصر وما طغى
"Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari  yang  dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. "  ( An-Najm: 17 )
juga merupakan argumentasi  yang  kuat  yang  menunjukkan bahwa  peristiwa  tersebut terjadi dan dialami oleh Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam  dengan ruh dan jasad beliau. Hal ini ditampilkan pada kata البصر ( yang  berarti penglihatan, maksudnya penglihatan Nabi  shallallahu 'alaihi wasallam ), karena kata البصر adalah sebuah ungkapan yang  berarti alat penglihatan dari dzat (jasad), bukan dari ruh.
Argumen lain  yang  menunjukkan bahwa  peristiwa  Isra 'dan  Mi'raj  dialami oleh Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam  dengan ruh dan jasad beliau adalah dalam ayat-Nya:
وما جعلنا الرؤيا التي أريناك إلا فتنة للناس والشجرة الملعونة في القرآن
"Dan Kami tidak menjadikan ru'ya [3]  yang  telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu  yang  terkutuk dalam Al-Qur'an. "  ( Al-Isra ': 60 )
Abdullah bin Abbas  radhiyallahu 'anhuma  menafsirkan makna  ru'ya  pada ayat di atas adalah pemandangan  yang  diperlihatkan kepada Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam pada  peristiwa  Isra 'ke Baitul Maqdis, adapun pohon kayu  yang  terkutuk adalah pohon zaqqum sebagaimana dalam surat Ash-Shaffat ayat 62 sampai 65. HR. Al-Bukhari , no. 3599).
Sebagiamana ayat di atas,  peristiwa  yang  dilihat Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam ini merupakan fitnah (ujian) bagi manusia, siapa  yang  membenarkannya dan siapa saja yang  mendustakannya. Seandainya  peristiwa  seperti itu dialami dalam mimpi, maka tidak akan menjadi tes bagi mereka. Bisa jadi semua orang-termasuk musyrikin Quraisy-akan percaya dan membenarkannya, karena-sebagaimana  yang  sudah disebutkan di atas-bahwa siapapun bisa saja bermimpi mengalami kejadian aneh atau  peristiwa  mustahil  yang tidak akan mungkin terjadi di alam nyata ini.
(Lihat  Tafsir Ibnu Katsir  dan  Adhwa-ul Bayan ).
Sebagian pihak  yang  tidak  mengimani  bahwa  peristiwa  Isra  Mi'raj  dengan ruh dan jasad Nabi  shallallahu 'alaihi wasallam  berdalil dengan adanya salah satu riwayat dalam Shahih Muslim  yang menyebutkan tentang  peristiwa  Isra  Mi'raj  beliau, dan disebutkan di dalamnya:
وهو نائم في المسجد الحرام
"Dan beliau sedang tidur di Masjidil Haram."
Kata mereka, riwayat ini menunjukkan bahwa ia mengalami  peristiwa  ini dalam mimpi saja karena ketika itu beliau sedang tidur.
Kalau kita mempelajari dengan seksama kitab Syarh (penjelasan) Shahih Muslim  yang ditulis oleh Al-Hafizh An-Nawawi  rahimahullah , maka kita akan jumpai keterangan beliau dengan menukil perkataan ulama sebelumnya tentang riwayat tersebut. Dan setelah dipelajari, maka kesimpulan dari  yang  disebutkan oleh beliau adalah di antaranya:
1. Riwayat tersebut telah diingkari oleh para ulama [4] .
2. Para rawi hadits ini dari kalangan  huffazh mutqinin  dan para imam  yang  terkenal tidak ada satu pun  yang  menyebutkan riwayat dengan lafazh di atas.
3. Bisa jadi tidurnya Rasulullah  shallallahu 'alaihi wasallam  ketika itu adalah saat datangnya malaikat kepada beliau. Adapun setelah itu, ia bangun dan kemudian mengalami peristiwa  yang sangat menakjubkan tersebut. Konteks hadits  yang  menyebutkan kisah ini tidak menunjukkan bahwa beliau ketika itu sedang tidur.
4.       Yang  benar adalah bahwa Nabi  shallallahu 'alaihi wasallam  mengalami  peristiwa Isra 'dengan jasad beliau. Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar